ARF, PangkalanBun, Kalimantan Tengah — Berada jauh dari keramaian kota, sebuah peternakan besar yang selama ini jarang terekspos publik tiba–tiba menjadi pembicaraan hangat. Peternakan milik Abdul Rasyid, salah satu tokoh terkemuka dalam industri perkebunan di Kalimantan Tengah, kini mencuri perhatian setelah laporan terbaru menunjukkan jumlah sapi yang mencapai ribuan ekor dengan skala operasi yang sangat besar bagi usaha peternakan lokal.
Kabar ini mencuat setelah tim monitoring pangan daerah melakukan kunjungan lapangan dan merilis data terbaru. Angka-angka yang terungkap membuat banyak pihak terkejut, bahkan beberapa orang menyebutnya sebagai “Salah satu peternakan sapi paling ambisius di Kalimantan”.
Peternakan Abdul Rasyid menjadi sorotan karena memiliki lebih dari ±10.000 ekor dari berbagai jenis, mulai dari Sapi Bali, Brahman Cross, hingga jenis unggulan penggemukan. Skala sebesar ini membuat peternakan tersebut masuk dalam daftar peternakan terbesar di wilayah Kalimantan Tengah.
Selain jumlahnya yang besar, yang lebih menarik adalah bagaimana peternakan ini mampu menjaga produktifitas tinggi sapi sekaligus menjaga standar kesehatan ternak dengan baik. Banyak pihak yang penasaran bagaimana sistem sebesar ini bisa berjalan tanpa sering terekspos publik.
Di balik layar, peternakan ini dikelola oleh tim profesional yang terdiri dari ahli pakan ternak, dokter hewan, serta pekerja lapangan yang berjumlah puluhan orang. Dengan manajemen modern, mereka bekerja di bawah standar operasional khusus yang disusun untuk memastikan seluruh proses, mulai dari kelahiran hingga penggemukan, berjalan efisien.
Banyak pengamat menilai peternakan Abdul Rasyid dapat menjadi “game changer” dalam industri peternakan di Kalimantan. Tidak hanya soal jumlah sapi yang mencapai ribuan, tetapi juga bagaimana model integrasi sawit-sapi ini berpotensi menjadi contoh Nasional bagi daerah lain yang ingin mengembangkan agribisnis terpadu.
Pengawasan menggunakan metode modern: pemeriksaan rutin oleh dokter hewan, distribusi pakan terjadwal, hingga manajemen data berbasis aplikasi untuk memantau kesehatan dan perkembangan berat badan setiap sapi. Hasilnya, produktivitas meningkat dan jumlah populasi terus bertambah.
Skala besar peternakan ini dinilai mampu menopang suplai daging lokal, mengurangi ketergantungan impor, sekaligus membuka peluang lapangan kerja bagi masyarakat sekitar.
